Rabu, 07 Juli 2010

Sampai Kapan Kelalaian Ini...

Oleh: Abu Abdillah Syahrul Fatwa bin Luqman

Salah satu penyakit berbahaya yang menimpa umat manusia dewasa ini adalah penyakit lalai. Bila penyakit ini menjangkiti jiwa seseorang maka dia akan merasa malas, hatinya menjadi beku, asyik dengan segala macam maksiat, lupa beribadah merasa di luar pengawasan Alloh dan rela menjual akhirat yang penuh kenikmatan dengan dunia yang penuh kepayahan. Hidupnya hanya untuk dunia, hari-harinya dipenuhi dengan dosa, sehingga dirinya jauh dari petunjuk Alloh . Seseorang yang mengaku dirinya muslim dan merasa ada gejala terjangkiti penyakit ini maka ia harus segera bangkit, bertobat dan memperbaiki diri, agar dia menjadi orang yang sukses dunia akhirat.

Waktu Akan Terus Berjalan Sungguh al-Qur’an dan Sunnah telah banyak mengingatkan tentang betapa bernilainya waktu di sisi hamba yang beriman. Alloh telah menyebutkan bahwa waktu adalah nikmat yang besar. Ladang yang sangat bermanfaat dan mempunyai pengaruh yang sangat jelas. Alloh berfirman:


“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. (QS. al-Ashr [103]: 1-3)
Dalam ayat ini Alloh bersumpah dengan masa (waktu). Dia merupakan modal untukmencari keberuntungan dengan amal sholih. Namun ia juga merupakan cobaan karena orang yang berpaling dari petunjuk akan merugi. Di dalamnya terdapat pelajaran dan keajaiban bagi yang mau berfikir.


Waktu adalah sebuah nikmat pemberian Alloh yang besar, firman-Nya: “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi kaum yang memahami (Nya).” (QS. an-Nahl [16]: 12)

Alloh berfirman pula:
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (QS. al-Furqon [25]: 62)


Namun, ketahuilah wahai saudaraku seiman, waktu ini akan terus berjalan dan berganti, hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun. Waktu hanyalah zaman yang singkat, dia akan pergi dan tak akan kembali. Termasuk kebodohan kita terhadap urgensi waktu ialah kita merasa senang bila matahari telah tenggelam pada setiap harinya, padahal ini menunjukkan bahwa umur kita akan berkurang dan tidak akan kembali lagi!.


Abdulloh bin Mas’ud rodliyallohu 'ahu berkata:
“Tidaklah aku menyesal atas sesuatu seperti penyesalanku terhadap matahari yang telah tenggelam pada hari ini, usiaku berkurang akan tetapi amalanku tidak bertambah.”


Imam Hasan al-Bashri rahimahulloh berkata:
“Tidaklah berlalu sebuah hari bagi seorang anak Adam kecuali hari itu akan berkata padanya: Hai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, apa yang telah engkau kerjakan untukku akan menjadi saksi. Apabila aku telah pergi, aku tak akan kembali lagi, kerjakanlah sesukamu dengan segera dan engkau akan menjumpainya di hadapanmu, dan akhirkanlah sesukamu maka dia tidak akan kembali kepadamu.”

Selanjutnya.........


Maka orang yang cerdas adalah yang mampu mengisi hari-harinya dengan amal kebaikan, memanfaatkan sisa hidup yang ada dengan segala perkara yang bermanfaat sebagai bekal menuju kampung yang abadi. Hiasilah Hidup Anda Dengan Ketaatan Apabila nafas tinggal sepenggal, barang pinjaman telah dikembalikan, kain kafan telah dipersiapkan, dan tanah pun siap digali, maka tiada sesuatu pun dapat dilakukan kecuali menyambut malaikat Maut menjemput. Sungguh amat celaka orang yang sudah diperingatkan dengan berubahnya kondisi tubuhnya namun dia masih terlena dengan kenikmatan dunia, terbuai dengan syahwat. Bahkan dia menyia-nyiakan waktu yang tersisa hanya untuk terpaku di depan tv, menonton video, sinetron, dan semisalnya, duduk-duduk membuang umur atau bahkan berjudi dan lain-lain dari segala macam bentuk kemaksiatan. Waktunya habis hanya untuk perkara yang tidak bermanfaat dan sia-sia yang malah membuat dirinya tercebur dalam dosa. Bangkitlah segera dari kelalaian ini wahai saudaraku! Bersegeralah bertobat sebelum ajal menjemput! Ingatlah bahwa engkau akan ditanya atas segala perbuatan selama di dunia.


Rosululloh shollallohu 'alaihi wasllam bersabda:
“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam pada hari kiamat dari sisi Robbnya hingga ditanya lima perkara: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa digunakan, hartanya dari mana didapat dan ke mana disalurkan, serta apa yang ia perbuat atas ilmunya.” (HR. at-Tirmidzi: 2416 dan yang lainnya. al-Albani menshohihkan hadits ini dalam as-Shohihah: 946)


Hasan al-Bashri berkata: “Termasuk tanda berpalingnya Alloh dari seorang hamba ialah Dia akan menjadikan kesibukan hamba tersebut dalam perkara yang tidak bermanfaat, sebagai bentuk penghinaan terhadapnya.”


Saudaraku seiman, tidakkah engkau ingin bergabung bersama orang-orang yang sabar dalam ketaatan? Sampai kapankah engkau bergelimang dengan kelalaian dan maksiat ini? Apakah engkau akan menjadi budak hawa nafsu dan syahwat? Dengarkanlah firman Alloh berikut ini:

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Robbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS.al-Kahfi [18]: 28)


Imam Ibnu Qudamah berkata: “Manfaatkanlah waktu hidupmu yang sangat berharga, jagalah waktumu yang mulia. Ketahuilah, bahwa masa hidupmu terbatas, nafasmu terbilang, setiap nafas akan mengurangi bagian umurmu. Umur itu sangat singkat dan yang tersisa hanya sedikit, setiap bagian umurmu adalah mutiara yang sangat mahal, tidak ada tandingan dan penggantinya. Sesungguhnya dalam hidup yang singkat ini pasti akan bermuara pada kenikmatan yang abadi atau adzab yang pedih. Maka janganlah engkau sia-siakan mutiara umurmu yang berharga dalam perkara yang bukan ketaatan.”

Thoifur al-Buthomi berkata:
“Sesungguhnya malam dan siang adalah pangkal harta seorang muslim, keuntungannya adalah surga dan kerugiaannya adalah neraka.”


Imam Ibnul Qoyyim v berkata: “Sesungguhnya tahun ada bulan adalah akarnya, sedangkan hari adalah rantingnya, jam adalah daunnya dan nafas adalah buahnya. Barangsiapa yang nafasnya untuk ketaatan, maka hasilnya adalah pohon yang baik, barangsiapa yang nafasnya dalam kemaksiatan maka hasilnya adalah hanzholah.”


Maka sungguh sangat merugi orang yang mendapat waktu sehat dan luang akan tetapi dia tidak dapat memanfaatkan secara maksimal. Kelalaian adalah pangkal dari segala kehancuran.


Rosululloh shollallohu 'alaihi wsallam bersabda:
“Dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu di dalamnya, nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. al- Bukhori: 6412)
Barangsiapa yang sehat badannya dan waktunya kosong dari kesibukan sementara dia tidak berusaha untuk menggapai kebaikan akhirat, maka ibaratnya bagaikan orang yang tertipu dalam jual beli. Maksudnya, bahwa mayoritas manusia tidak bisa memanfaatkan waktu sehat dan luangnya dengan baik, bahkan mereka malah menggunakan waktu tersebut bukan pada tempatnya. Andaikan mereka bisa memanfaatkan waktu tersebut dengan baik niscaya segala kebaikan akan mereka raih.


Umar bin Dzar berkata: “Beramallah untuk dirimu sendiri di dalam waktu malam ini, karena orang yang tertipu adalah orang yang terlelap dari kebaikan siang dan malam. Orang yang demikian tidak mendapat kebaikan malam dan siang. Siang dan malam dijadikan sebagai jalan bagi orang yang beriman untuk taat kepada Robbnya, dan sebagai ujian bagi orang lain karena kelalaian mereka terhadap diri mereka sendiri. Maka manfaatkanlah berjalannya waktu, malam dan hari-hari.”


Sekali lagi, manfaatkanlah waktumu untuk ketaatan kepada Alloh w, laksanakanlah perintah-Nya dan jauhilah larangan-Nya. Dunia adalah waktu yang singkat, dia ibarat sebuah perjalanan, segala sesuatu yang akan terjadi besok pasti dekat, akan terjadi dan akan berakhir, sebagaimana berlalunya hari, siang dan malam.

Alloh berfirman:
“Alloh mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan.” (QS. an-Nur [24]: 44)
Alloh Selalu Mengawasimu Jangan mengira bahwa amalan yang kita kerjakan lepas dari pengawasan Alloh. Tidaklah setiap langkah, gerak gerik dan lisan yang terucap kecuali Alloh mengetahuinya. Maka janganlah anda merasa aman ketika berbuat maksiat!, sekalipun engkau dalam kesendirian.


Alloh berfirman:
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'arsy, Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. dan Alloh Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hadid [57]:4)


Muhammad bin Ali at-Tirmidzi berkata: “Jadikanlah rasa diawasi kepada dzat yang tidak pernah hilang dari pandanganmu, dan jadikanlah rasa syukurmu kepada dzat yang nikmatnya tak akan terputus kepadamu.”


Imam Ibnul Qoyyim rahimahulloh berkata:
“Seorang hamba sejak menginjakkan kakinya di dunia ini maka dia ibaratnya orang yang sedang berjalan menuju Robbnya. Jarak safarnya adalah umurnya, malam dan siang adalah tingkatan, maka dia akan senantiasa menjalaninya hingga safarnya berakhir. Orang yang cerdas adalah yang selalu semangat untuk menempuh jarak safar ini dalam perkara yang bisa mendekatkan diri kepada Alloh hingga sampai ke negeri asalnya.”
Beliau berkata pula: “Memanfaatkan waktu adalah dengan menyibukkan diri dalam segenap kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Alloh atau segala sesuatu yang menunjang pendekatan diri kepada Alloh berupa makan, minum, nikah, tidur dan istirahat. Karena barangsiapa yang mengambil perkara di atas dengan niat agar kuat mengerjakan perkara yang Alloh cintai dan menjauhi perkara yang terlarang maka hal itu termasuk bentuk pemanfaatan waktu yang baik.”


Maka takutlah engkau wahai saudaraku kepada Alloh sesuai kadar kedekatan Alloh kepadamu, engkau tidak bisa keluar dari kekuasaan Alloh dan pengawasan-Nya. Agungkanlah Alloh dalam hatimu, jangan engkau melanggar aturan dan batasan-Nya, ingatlah hari-hari Alloh. Sesungguhnya Alloh telah memerintahkan Nabi Musa 'alaihi salam agar memperingatkan Bani Israel untuk mengingat hari-hari Alloh dan apa yang telah terjadi, dengan mengambil pelajaran dan hikmah dari kejadian tersebut.

Alloh berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Alloh.14 Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” (QS. Ibrohim [14]: 5)


Sukses Dunia dan Akhirat Wahai orang yang telah melalui hari-hari dan tahun, wahai orang yang terlelap tidur dan terbuai dengan kelalaian, orang yang tahun berganti tahun masih tetap tenggelam dalam lautan kesalahan, tidakkah engkau sadar dan bangkit dari ini semua? Tidakkah engkau bangkit untuk memulai hidup baru dengan memperbaiki diri? Tidakkah engkau mendengar ayat-ayat Alloh? Perhatikanlah sejenak firman Alloh berikut ini:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Alloh) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Alloh), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Alloh). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. al-A’rof [7]: 179)


Orang yang berbahagia dunia akhirat adalah yang bersegera bertobat dan mulai memperbaiki dirinya dengan segera beramal sholih dan meninggalkan segala kemaksiatan. Dia berusaha untuk mengubah arah hidupnya dari buruk menjadi baik, dari maksiat menjadi taat dan dari lalai menjadi ingat. Hal ini bila memang menginginkan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya, karena usaha perbaikan diri berawal dari diri pribadi sendiri.

Alloh berfirman:

“Sesungguhnya Alloh tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ro’du [13]: 11)

Syumaith bin Ajlan berkata:
“Manusia ada dua golongan, orang yang berbekal selama di dunia dan orang yang selalu merasakan kenikmatan dunia. Maka lihatlah dirimu termasuk golongan yang mana. Aku melihat dirimu senang hidup kekal di dunia. Dengan alasan apa engkau senang kekal di dunia? Jika engkau taat kepada Alloh, engkau memperbagusi ibadah kepada-Nya, mendekatkan diri dengan amal sholih, maka engkau orang yang beruntung. Ataukah engkau senang di dunia untuk makan dan minum, bermain-main dan mengumpulkan harta kemudian memberi kesenangan untuk anak dan istrimu? Maka alangkah jeleknya tujuan hidup seperti itu.”


Jika manusia tidak mengetahui kapan ajalnya menjemput, maka orang yang berbahagia adalah orang yang selalu mempersiapkan diri untuk menyambut tamu yang agung ini dengan amal sholih dan istiqomah, bertobat dan memperbaiki diri, sehingga dia menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat.


Imam Ibnul Jauzi berkata: “Selayaknya bagi orang yang yang tidak mengetahui kapan ajalnya datang untuk selalu bersiap, jangan tertipu dengan masa muda dan sehat.”


Maka orang yang berbahagia adalah yang selalu siap untuk berjumpa dengan Alloh, dia bersegera untuk tobat dan beramal sholih. Tidak bosan untuk introspeksi diri, dalam setiap jam, hari, bulan dan tahunnya, hingga kematian menjemput sedangkan dia dalam keadaan sadar dan sudah siap.

Billahittaufiq. Allohu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar