Jumat, 07 Mei 2021

INFO LOWONGAN TENAGA PENGAJAR

♻️*_Bismillah...._*♻️

INFO LOWONGAN TENAGA PENGAJAR

🌹💐 *MARI BERJUANG DI PONPES DAARUS SUNNAH RANGKASBITUNG LEBAK BANTEN* 👍

```🔰📚 Untuk Tahun Ajaran baru 2021-2022 Ponpes Daarus Sunnah Rangkasbitung sangat membutuhkan para pejuang yg bisa bergabung menjadi tenaga pengajar dan pembimbing para santri.```

*Kualifikasi yang dibutuhkan:*

*1️⃣ Pengajar 'Ilmu Syar'i dan Bahasa Arab.*
*2️⃣ Pengajar Tahfidz.*
*3️⃣ Pembina / Musyrif kesantrian.*

➡️ *KRITERIA:*
👉 Kemampuan membaca Al-Quran dengan tajwid.
👉 Kemampuan kaidah & hiwar bahasa Arab.
👉 Kemampuan dasar-dasar Ilmu Syar'i.

➡ *SYARAT UMUM*
• Muslim laki-laki.
• Bermanhaj Salaf Ahlussunnah wal jama'ah.
• Tidak merokok.
• Tidak menyukai musik.
• Diutamakan S1 di bidangnya.
• Dapat bekerjasama dalam team.
• Diutamakan sudah memiliki pengalaman mengajar. 
• Siap mengikuti aturan kepegawaian yang di tetapkan.
• Mampu mendidik santri dengan sabar.
• Bersedia tinggal di pondok.

📌 *Syarat Khusus Pengajar 'Ilmu Syar'i dan Bahasa Arab:*

1. Minimal S1 di Perguruan Tinggi Islam dalam & luar Negeri spt : UIM / LIPIA / STDI JEMBER / STAI ASSUNNAH dll.
2 Bersedia tinggal dilingkungan pondok.
3. Diutamakan lulusan / pernah di pesantren.

📌 *Syarat Khusus Pengajar Tahfidz :*

1. Pendidikan minimal tamatan ponpes diutamakan S1.
2. Diutamakan hafizh Qur'an.
3. Lulus Tahsin.
4. Menguasai bahasa Arab kaidah/hiwar.
5. Berpengalaman mengajar tahfidz minimal 1 tahun.
6. Bersedia tinggal di pondok.

📌 *Syarat Khusus Musyrif Kesantrian:*

1. Pendidikan diutamakan S1.
2. Minimal hafal Al-Qur'an 10 juz.
3. Menguasai bahasa Arab kaidah/hiwar.
4. Berpengalaman menjadi musyrif.
5. Bersedia tinggal di pondok.

➡ *PERLENGKAPAN ADMINISTRASI*
👉 Surat Lamaran Pekerjaan
👉 Curiculum Vite (Biodata Pribadi)
👉 Ijazah Terakhir
👉 Transkrip Nilai
👉 Foto Copy KTP
👉 Keterangan lain yang mendukung

➡ *HAK-HAK YG DI TERIMA:*
👉 Gaji Pokok.
👉 Tunjangan-tunjangan (pembinaan, masa kerja, THR, Transport, dll).
👉 Rumah Tinggal (disesuaikan dgn kemampuan pondok).
👉 Dll.

✅ _Baarokallahu fiekum..._
👍 _Bagi yg berniat bergabung bisa mengajukan surat lamaran kerja ke sekretariat ponpes Daarus Sunnah Rangkasbitung atau menghubungi kontak person._

📱Ustadz Jamal Bin Masta (Mudir Ma'had)
Wa.me/6287778580004 (khusus WA)

 _*Jazakumullah khairan. Mohon info ini dikabarkan kepada yang lain*_

Sabtu, 28 Maret 2020

Transfer dan Simpan Uang di Bank Konvensional.

Pertanyaan: 
"Bolehkah seorang muslim berhubungan dengan bank-bank yang ada sekarang? 
Bank-bank tersebut memberikan tambahan atas harta yang disimpan atau mewajibkan para peminjam untuk memberikan tambahan atas pinjaman yang dikembalikan. "

Jawaban: 
Seseorang tidak boleh baginya menyimpan uangrya di bank, sedang bank tersebut  memberikan tambahan atas uang tersebut setiap tahun. Juga tidak boleh pinjam uang dari bank dengan syarat ketika mengembalikan pinjaman dikenai tambahan dalam waktu yang telah disepakati kedua belah pihak, misalnya 5%. 
Kedua transaksi tersebut termasuk dalam keumuman dalil dari al-Quran, Sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam , dan kesepakatan ulama yang mengharamkan riba. Hal ini sudah jelas, alhamdulillah. 

Sementara memanfaatkan bank untuk mengamankan uang tanpa adanya tambahan, jika tidak terpaksa, juga tidak boleh. Alasannya menyimpan di bank yang melakukan transaksi riba termasuk menolong para pemilik bank tersebut untuk menggunakan uang yang disimpan dalam muamalah yang mengandung riba, Allah telah berfirman:

"Dan tolong-menolonglah kam dalam (mengerjakan) kebajikan da tokwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, Dan bertakwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah amat berat siksa Nya." (Al-Maldah:2) 
Kalau tindakan itu terpaksa dilakukan, kami tidak mengetahul adanya larangan, insyaallah. 
Terkait denge transfer uang dari satu bank ke bank lainnya, walaupun dikenai biaya tambahan dalam proses tersebut hukumnya boleh. Biaya tambahan tersebut merupakan ongkos transfer.

Fatwa Lajnah Daimah, jilid XI hal 369 fatwa ke 2922)

Sumber majalah Fatwa No 12/Dzulhijjah 1429.

Kamis, 06 Februari 2020

WABAH VIRUS CORONA SEBUAH RENUNGAN

Akhir-akhir ini, pembicaraan dan pemberitaan tentang penyakit yang menakutkan mendominasi media. Orang-orang khawatir terhadap penyebaran penyakit tersebut dan takut terinfeksi. Pembicaraan tentangnya dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat, ada yang membicarakannya sambil bercanda dan menjadikannya bahan gurauan dan ada pula yang serius menjelaskan dengan tulus. Sebagai seorang Muslim, kita senantiasa ketika berhadapan dengan semua kejadian dan musibah, maka kita wajib berpegang teguh dan bersandar kepada Allâh Azza wa Jalla. Semua pembicaraan kita tentang hal-hal tersebut di atas atau tentang metode pengobatan dan terapinya harus berlandaskan syari'at dan kaidah yang benar serta dilandari rasa takut kepada-Nya dan senantiasa merasa dalam pengawasan-Nya Azza wa Jalla.

Berikut ini enam renungan/sikap seputar masalah yang menjadi perhatian serius dalam kehidupan manusia sekarang.

Renungan Pertama
Sebagai seorang Muslim, dalam semua keadaan, kita wajib berpegang teguh dan bersandar kepada Allâh Subhanahu wa Ta'ala , bertawakal dan berkeyakinan bahwa semua urusan ada ditangan Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allâh; dan Barangsiapa beriman kepada Allâh niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. [at-Taghâbun/64:11]

Semua urusan ada ditangan-Nya Subhanahu wa Ta'ala. Allâh Azza wa Jalla yang mengatur dan memudahkannya. Semua yang Allâh kehendakai pasti terjadi dan yang tidak dikehendaki pasti tidak ada serta tidak ada yang pelindung kecuali Allâh. Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قُلْ مَنْ ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً ۚ وَلَا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allâh jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allâh. [al-Ahzâb/33:17]

Allâh Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:

إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ

Jika Allâh hendak mendatangkan kemudharatan kepada-Ku, Apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allâh hendak memberi rahmat kepada-Ku, Apakah mereka dapat menahan rahmatNya? [az-Zumar/39:38]

Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ

Apa saja yang Allâh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allâh, maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. [Fâthir/35 :2]

Dalam hadits, Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ

Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain kebaikan yang sudah Allâh tetapkan untuk dirimu. Sekiranya mereka berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya mereka tidak akan bisa menimpakan bahaya kepada kamu kecuali bahaya yang telah Allâh tetapkan untuk dirimu. Segenap pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.[1]

Dalam hadits yang lainnya, beliau bersabda:

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Allâh telah menulis takdir semua makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi limapuluh ribu tahun.[2]

Juga bersabda Shallallahu 'alaihi wa sallam :

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ. قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَة

Sesungguhnya yang pertama Allâh ciptakan al-Qalam (pena) seraya berkata kepadanya: Tulislah! Dia bertanya: Wahai Rabbku, apa yang aku tulis? Maka Allâh berfirman: Tulislah takdir segala sesuatu hingga terjadinya kiamat.[3]

Berdasarkan ini semua, maka wajib bagi setiap Muslim untuk menyerahkan segala urusannya kepada Allâh Azza wa Jalla dengan mengharap, meminta dan bersandar serta bertawakal kepada-Nya. Tidak mengharapkan kesehatan, kesembuhan dan keselamatannya kecuali dari Rabbnya Azza wa Jalla , sehingga semua kejadian dan musibah yang melanda akan semakin menambah semangatnya untuk senantiasa berlindung dan berpegang teguh dengan Allâh Subhanahu wa Ta'ala . Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Barangsiapa berpegang teguh kepada (agama) Allâh, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. [Ali Imrân/3:101].

Renungan Kedua.
Wajib atas setiap Muslim untuk menjaga Allâh Azza wa Jalla dengan menjaga ketaatannya kepada-Nya, baik dengan melaksanakan perintah-Nya maupun dengan menjauhi larangan-Nya. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam wasiat Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhu.

احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ

Jagalah Allâh! Niscaya Dia akan menjaga kamu. Jagalah Allâh! Niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu.[4]

Menjaga perintah Allâh Azza wa Jalla dengan melaksanakannya dan meninggalkan laranganya adalah sebab atau wasilah yang menyebabkan datangnya perlindungan dan keselamatan serta penjagaan Allâh di dunia dan akhirat. Jika dengan itu, dia tetap tertimpa musibah atau turun malapetaka, maka itu akan mengangkat keduduakannya disisi Allâh Azza wa Jalla . Dalan hal ini Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Alangkah menakjubkannya perkara seorang mukmin, seluruh perkaranya adalah baik dan tidak ada hal itu pada seorangpun kecuali pada seorang Mukmin. Apabila ditimpa kesenangan, dia bersyukur sehingga itu baik baginya dan bila tertimpa musibah maka dia bersabar dan itu kebaikan baginya.[5]

Seorang Mukmin dalam kelonggaran, kesempitan, krisis dan kesenangan berpindah dari kebaikan kepada kebaikan lainnya. Hal itu sebagaimana disabdakan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kita Shallallahu 'alaihi wa sallam.

وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ.

Tidak ada hal itu pada seorangpun kecuali pada seorang Mukmin.

Renungan Ketiga
Sesungguhnya syariat Islam datang menyodorkan sarana-sarana dan anjuran serta mendorong untuk untuk berobat. Dan sesungguhnya berobat dan berusaha mencari kesembuhan itu tidaklah bertentangan dengan tawakkal kepada Allâh Azza wa Jalla .

Cara pengobatan penyakit yang dibawa oleh syariat Islam mencakup dua jenis terapi : terapi preventif (pencegahan) sebelum munculnya penyakit dan terapi kuratif (penyembuhan) setelah penyakit mewabah atau menimpa. Islam datang membawa syariat yang diantara isinya terdapat prinsip-prinsip pengobatan dan penyembuhan dan pedoman-pedoman berobat yang akan mendatangkan keselamatan dan kesehatan bagi seorang Muslim di dunia dan di akhirat.

Siapa saja yang menelaah buku ath-Thibbin Nabawi karya al-'Allâmah Ibnul Qayyim rahimahullah , niscaya ia akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa dalam pembahasan seputar petunjuk-petunjuk yang dibawa oleh syariat Islam dan hadits-hadits shahih yang berasal dari Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam .

Tentang terapi pencegahan, Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مِنَ اصْطَبَحَ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً، لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ، وَلَا سِحْرٌ

Barang siapa di pagi hari mengkonsumsi tujuh butir kurma Ajwa, niscaya tidak celaka oleh bahaya racun dan pengaruh sihir pada hari itu.[6]

Dan terdapat hadits dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits 'Utsman bin 'Affan Radhiyallahu anhu bahwa sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Siapa saja yang berkata pada setiap pagi hari dan setiap sore hari (sebanyak tiga kali):

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Dengan nama Allah, yang tidak akan berbahaya dengan nama-Nya, segala sesuatu di bumi dan langit. Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui

Niscaya dia tidak ada sesuatu pun yang akan mencelakainya.[7]

Dari Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam juga:

مَنْ قَرَأَ الْآيَتَيْنِ مَنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَتِهِ كَفَتَاهُ

Barang siapa membaca dua ayat terakhir dari Surat al-Baqarah dalam suatu malam, niscaya itu akan mencukupinya.[8]

Maksudnya itu cukup untuk melindungnya dari mara bahaya, keburukan dan kejahatan.

Dalam hadits Abdullah bin Khubaib Radhiyallahu anhu, sesungguhnya ia berkata, "Pada suatu malam, saat hujan deras dan kegelapan yang pekat, kami mencari Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengimami shalat kami. Kemudian aku menemukan Beliau. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Ucapkanlah!'. Namun aku tidak mengucapkan apa-apa. Kemudian Beliau berkata (lagi), 'Ucapkanlah!' Aku belum juga mengucapkan apa-apa. Beliau berkata (lagi), 'Ucapkanlah'. Aku bertanya, 'Apa yang harus aku ucapkan?'Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bacalah

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُصْبِحُ وَحِينَ تُمْسِي ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ

Bacalah Qul huwallahu Ahad, al-mu'awiidzatain ketika engkau berada di sore hari dan pagi hari tiga kali, itu akan cukup bagimu untuk melindungimu dari segala sesuatu.[9]

Dalam hadits Abdullah bin 'Umar disebutkan bahwa Beliau tidak pernah meninggalkan doa-doa berikut ini ketika berada di pagi dan sore hari:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ.

Ya Allâh, sesungguhnya aku memohon maaf dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allâh, sesungguhnya aku memohon maaf dan ke¬selamatan dalam agama, dunia, keluarga dan harta¬ku. Ya Allâh, tutupilah auratku (aibku) dan tentramkan-lah aku dari rasa takut. Ya Allâh, peliharalah aku dari depan, belakang, kanan, kiri dan dari atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan ke dalam bumi)"[10]

Doa ini memuat permohonan pemeliharaan, perlindungan yang sempurna bagi seorang hamba dari segala penjuru.

Dan dalam aspek terapi penyembuhan, telah datang dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam petunjuk-petunjuk agung dan arahan-arahan yang mulia, serta obat-obat penyembuh yang beraneka jenis, yang disebutkan dengan rinci dalam hadits-hadits Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam , namun akan terlalu memakan tempat bila diuraikan ataupun disebutkan satu-satu. Tentang ini dapat dilihat uraian pembahasannya yang luas dalam kitab Zâdul Ma'âd, karya Ibnul Qayyim rahimahullah.

Renungan Keempat
Sebagai seorang Muslim, dia tidak boleh larut terbawa arus berita dusta. Karena sebagian orang, dalam kondisi seperti ini, terkadang menyebarkan atau menyebutkan perkara-perkara yang tidak benar dan tidak ada hakikatnya. Mereka hanya ingin menyebar ketakutan dan kegelisahan yang tidak ada dasarnya di tengah masyarakat. Maka tidak selayaknya seorang Muslim larut dengan berita dusta dan semacamnya. Mudah larut terbawa arus berita menyebabkan munculnya cacat pada kesempurnaan imannya, keyakinannya, dan kesempurnaan tawakalnya kepada Penguasanya Subhanahu wa Ta'ala.

Renungan Kelima
Semua musibah yang menimpa seorang Muslim, baik pada kesehatannya, keluarganya, anaknya, hartanya, bisnisnya atau lain sebagainya, jika dia menghadapinya dengan sabar dan mengharapkan pahala, maka hal itu akan mengangkat derajatnya di sisi Allâh Azza wa Jalla . Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿١٥٦﴾ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. [al-Baqarah/2:155-157]

Allâh Azza wa Jalla menguji hamba-Nya agar Dia mendengar pengaduan hamba-Nya, permohonannya, doanya, kesabarannya, dan ridhanya terhadap takdir-Nya.

Ketika musibah melanda manusia untuk menguji mereka, maka Allâh Azza wa Jalla melihat mereka. Dia mengetahui pandangan mata yang berkhianat dan rahasia yang disimpan di dalam hati manusia. Kemudian Allâh Azza wa Jalla akan memberikan pahala kepada setiap manusia berdasarkan niatnya. Oleh karena itu barangsiapa ditimpa musibah, berupa penyakit, bencana, kekurangan harta, atau semacamnya, dia harus mengharapkan pahala dari musibah itu di sisi Allâh, dan menyikapinya dengan kesabaran dan ridha, sehingga dia meraih pahala orang-orang yang bersabar. Dan barangsiapa diselamatkan dari musibah, maka hendaklah dia memuji Allâh Azza wa Jalla, sehingga meraih pahala orang-orang yang bersyukur.

Renungan Keenam
Sesungguhnya musibah paling besar (paling berbahaya-red) adalah musibah di dalam agama. Ini adalah musibah terbesar di dunia dan akhirat. Ini merupakan puncak kerugian yang tidak ada keuntungannya sama sekali, kegagalan yang tidak disertai harapan sama sekali. Ketika seorang Muslim ditimpa musibah pada kesehatannya atau hartanya, lalu dia mengingat bahwa musibah terbesar adalah musibah yang menimpa agama, dia akan memuji Allâh Azza wa Jalla atas keselamatan agamanya. Imam al-Baihaqi meriwayatkan dari Syuraih al-Qâdhi rahimahullah, bahwa dia berkata, "Sesungguhnya aku (jika) ditimpa musibah, maka aku memuji Allâh empat kali atas musibah itu:

  • Aku memuji-Nya, karena musibah itu tidak lebih besar dari musibah itu
  • Aku memuji-Nya, karena Dia memberikan kesabaran kepadaku menghadapi musibah itu;
  • Aku memuji-Nya, karena Dia membimbingku untuk istirja[11], karena aku berharap pahala dengannya
  • Aku memuji-Nya, karena Dia tidak menjadikan musibah itu pada agamaku."

Aku memohon kepada Allâh agar selalu menjaga kita semua, menganugerahkan ampunan dan keselamatan kepada kita, di dalam agama, dunia, keluarga, dan harta kita. Sesungguhnya Dia Maha mendengar, Maka Dekat, dan Maha mengabulkan.

(Judul artikel diatas adalah modifikasi nama dari Wabah MERS Sebuah Renungan, oleh Prof. DR. Syaikh Abdurrazaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad Al-Badr)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Khusus 03-04/Tahun XVIII/1435H/2014M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] HR Ahmad dan at-Tirmidzi dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma.
[2] HR Muslim dari Abdullah bin Amr bin al-Ash Radhiyallahu anhu
[3] HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu anhu
[4] HR Ahmad dan at-Tirmidzi dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma
[5] HR Muslim dari Suhaib Radhiyallahu anhu
[6] HR al-Bukhari dan Muslim dari Sa'ad bin Abi Waqash Radhiyallahu anhu
[7] HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dll, dari Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu
[8] HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dll, dari Abu Mas'ud Radhiyallahu anhu
[9] HR Abu Dawud, at-Tirmidzi dll, dari Abdullah bin Khubaib Radhiyallahu anhu
[10] HR Abu Dawud, al-Bukhari di dalam Adabul Mufrad, dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma
[11] Mengucapkan: "Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn"



Read more https://almanhaj.or.id/14175-wabah-virus-corona-sebuah-renungan.html

Sabtu, 24 Juni 2017

Takbiran Hari Raya

Waktu Mulai & Berakhir Takbiran a. Takbiran Idul Fitri Takbiran pada saat idul fitri dimulai sejak maghrib malam tanggal 1 syawal sampai selesai shalat ‘id. Hal ini berdasarkan …

Waktu Mulai & Berakhir Takbiran

a. Takbiran Idul Fitri

Takbiran pada saat idul fitri dimulai sejak maghrib malam tanggal 1 syawal sampai selesai shalat ‘id.

Hal ini berdasarkan dalil berikut:

1. Allah berfirman, yang artinya: “…hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (Qs. Al Baqarah: 185)

Ayat ini menjelaskan bahwasanya ketika orang sudah selesai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadlan maka disyariatkan untuk mengagungkan Allah dengan bertakbir.

2. Ibn Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai sahalat selesai. Setelah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 5621)

Keterangan:

1. Takbiran idul fitri dilakukan dimana saja dan kapan saja. Artinya tidak harus di masjid.

2. Sangat dianjurkan untuk memeperbanyak takbir ketika menuju lapangan. Karena ini merupakan kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Berikut diantara dalilnya:

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai sahalat selesai. Setelah menyelesaikan shalat, beliau menghentikan takbir. (HR. Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf)Dari Nafi: “Dulu Ibn Umar bertakbir pada hari id (ketika keluar rumah) sampai beliau tiba di lapangan. Beliau tetap melanjutkan takbir hingga imam datang.” (HR. Al Faryabi dalam Ahkam al Idain)Dari Muhammad bin Ibrahim (seorang tabi’in), beliau mengatakan: “Dulu Abu Qotadah berangkat menuju lapangan pada hari raya kemudian bertakbir. Beliau terus bertakbir sampai tiba di lapangan.” (Al Faryabi dalam Ahkam al Idain)

b. Takbiran Idul Adha

Takbiran Idul Adha ada dua:

1. Takbiran yang tidak terikat waktu (Takbiran Mutlak)

Takbiran hari raya yang tidak terikat waktu adalah takbiran yang dilakukan kapan saja, dimana saja, selama masih dalam rentang waktu yang dibolehkan.

Takbir mutlak menjelang idul Adha dimulai sejak tanggal 1 Dzulhijjah sampai waktu asar pada tanggal 13 Dzulhijjah. Selama tanggal 1 – 13 Dzulhijjah, kaum muslimin disyariatkan memperbanyak ucapan takbir di mana saja, kapan saja dan dalam kondisi apa saja. Boleh sambil berjalan, di kendaraan, bekerja, berdiri, duduk, ataupun berbaring. demikian pula, takbiran ini bisa dilakukan di rumah, jalan, kantor, sawah, pasar, lapangan, masjid, dst. Dalilnya adalah:

a. Allah berfirman, yang artinya: “…supaya mereka berdzikir (menyebut) nama Allah pada hari yang telah ditentukan…” (Qs. Al Hajj: 28)

Allah juga berfirman, yang artinya: “….Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang…” (Qs. Al Baqarah: 203)

Tafsirnya:

Yang dimaksud berdzikir pada dua ayat di atas adalah melakukan takbiranIbn Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan: “Yang dimaksud ‘hari yang telah ditentukan’ adalah tanggal 1 – 10 Dzulhijjah, sedangkan maksud ‘beberapa hari yang berbilang’ adalah hari tasyriq, tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.” (Al Bukhari secara Mua’alaq, sebelum hadis no.969)Dari Sa’id bin Jubair dari Ibn Abbas, bahwa maksud “hari yang telah ditentukan” adalah tanggal 1 – 9 Dzulhijjah, sedangkan makna “beberapa hari yang berbilang” adalah hari tasyriq, tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. (Disebutkan oleh Ibn Hajar dalam Fathul Bari 2/458, kata Ibn Mardawaih: Sanadnya shahih)

b. Hadis dari Abdullah bin Umar, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada amal yang dilakukan di hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah melebihi amal yang dilakukan di tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu.” (HR. Ahmad & Sanadnya dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir)

c. Imam Al Bukhari mengatakan: “Dulu Ibn Umar dan Abu Hurairah pergi ke pasar pada tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Mereka berdua mengucapkan takbiran kemudian masyarakat bertakbir disebabkan mendengar takbir mereka berdua.” (HR. Al Bukhari sebelum hadis no.969)

d. Disebutkan Imam Bukhari: “Umar bin Khatab pernah bertakbir di kemahnya ketika di Mina dan didengar oleh orang yang berada di masjid. Akhirnya mereka semua bertakbir dan masyarakat yang di pasar-pun ikut bertakbir. Sehingga Mina guncang dengan takbiran.” (HR. Al Bukhari sebelum hadis no.970)

e. Disebutkan oleh Ibn Hajar bahwa Ad Daruqutni meriwayatkan: “Dulu Abu Ja’far Al Baqir (cucu Ali bin Abi Thalib) bertakbir setiap selesai shalat sunnah di Mina.” (Fathul Bari 3/389)

2. Takbiran yang terikat waktu

Takbiran yang terikat waktu adalah takbiran yang dilaksanakan setiap selesai melaksanakan shalat wajib. Takbiran ini dimulai sejak setelah shalat subuh tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah shalat Asar tanggal 13 Dzulhijjah. Berikut dalil-dalilnya:

a. Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau dulu bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai setelah dluhur pada tanggal 13 Dzulhijjah. (Ibn Abi Syaibah & Al Baihaqi dan sanadnya dishahihkan Al Albani)

b. Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai ashar tanggal 13 Dzulhijjah. Beliau juga bertakbir setelah ashar. (HR Ibn Abi Syaibah & Al Baihaqi. Al Albani mengatakan: “Shahih dari Ali radhiyallahu ‘anhu“)

c. Dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai tanggal 13 Dzulhijjah. Beliau tidak bertakbir setelah maghrib (malam tanggal 14 Dzluhijjah). (HR Ibn Abi Syaibah & Al Baihaqi. Al Albani mengatakan: Sanadnya shahih)

d. Dari Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau bertakbir setelah shalat shubuh pada tanggal 9 Dzulhijjah sampai ashar tanggal 13 Dzulhijjah. (HR. Al Hakim dan dishahihkan An Nawawi dalam Al Majmu’)

Lafadz Takbir

Tidak terdapat riwayat lafadz takbir tertentu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hanya saja ada beberapa riwayat dari beberapa sahabat yang mencontohkan lafadz takbir. Diantara riwayat tersebut adalah:

Pertama, Takbir Ibn Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Riwayat dari beliau ada 2 lafadz takbir:

أ‌- اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ
ب‌- اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وللهِ الْحَمْدُ

Keterangan:
Lafadz: “Allahu Akbar” pada takbir Ibn Mas’ud boleh dibaca dua kali atau tiga kali. Semuanya diriwayatkan Ibn Abi Syaibah dalam Al Mushannaf.

Kedua, Takbir Ibn Abbas radliallahu ‘anhuma:

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَأَجَلُّ
اللَّهُ أَكْبَرُ، عَلَى مَا هَدَانَا

Keterangan:
Takbir Ibn Abbas diriwayatkan oleh Al Baihaqi dan sanadnya dishahihkan Syaikh Al Albani.

Ketiga, Takbir Salman Al Farisi radhiyallahu ‘anhu:

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا

Keterangan: Ibn Hajar mengatakan: Takbir Salman Al Farisi radhiyallahu ‘anhu diriwayatkan oleh Abdur Razaq dalam Al Mushanaf dengan sanad shahih dari Salman.

Catatan Penting

As Shan’ani mengatakan: “Penjelasan tentang lafadz takbir sangat banyak dari berberapa ulama. Ini menunjukkan bahwa perintah bentuk takbir cukup longgar. Disamping ayat yang memerintahkan takbir juga menuntut demikian.”

Maksud perkataan As Shan’ani adalah bahwa lafadz takbir itu longgar, tidak hanya satu atau dua lafadz. Orang boleh milih mana saja yang dia suka. Bahkan sebagian ulama mengucapkan lafadz takbir yang tidak ada keterangan dalam riwayat hadis. Allahu A’lam.

Kebiasaan yang Salah Ketika Takbiran

Ada beberapa kebiasaan yang salah ketika melakukan takbiran di hari raya, diantaranya:

a. Takbir berjamaah di masjid atau di lapangan

Karena takbir yang sunnah itu dilakukan sendiri-sendiri dan tidak dikomando. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Anas bin Malik bahwa para sahabat ketika bersama nabi pada saat bertakbir, ada yang sedang membaca Allahu akbar, ada yang sedang membaca laa ilaaha illa Allah, dan satu sama lain tidak saling menyalahkan… (Musnad Imam Syafi’i 909)

Riwayat ini menunjukkan bahwa takbirnya para sahabat tidak seragam. Karena mereka bertakbir sendiri-sendiri dan tidak berjamaah.

b. Takbir dengan menggunakan pengeras suara

Perlu dipahami bahwa cara melakukan takbir hari raya tidak sama dengan cara melaksanakan adzan. Dalam syariat adzan, seseorang dianjurkan untuk melantangkan suaranya sekeras mungkin. Oleh karena itu, para juru adzan di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti Bilal, dan Abdullah bin Umi Maktum ketika hendak adzan mereka naik, mencari tempat yang tinggi. Tujuannya adalah agar adzan didengar oleh banyak orang. Namun ketika melakukan takbir hari raya, tidak terdapat satupun riwayat bahwa Bilal naik mencari tempat yang tinggi dalam rangka melakukan takbiran. Akan tetapi, beliau melakukan takbiran di bawah dengan suara keras yang hanya disengar oleh beberapa orang di sekelilingnya saja.

Oleh karena itu, sebaiknya melakukan takbir hari raya tidak sebagaimana adzan. Karena dua syariat ini adalah syariat yang berbeda.

c. Hanya bertakbir setiap selesai shalat berjamaah

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa takbiran itu ada dua. Ada yang terikat waktu dan ada yang sifatnya mutlak (tidak terikat waktu). Untuk takbiran yang mutlak sebaiknya tidak dilaksanakan setiap selesai shalat fardlu saja. Tetapi yang sunnah dilakukan setiap saat, kapan saja dan di mana saja.

Ibnul Mulaqin mengatakan: “Takbiran setelah shalat wajib dan yang lainnya, untuk takbiran Idul Fitri maka tidak dianjurkan untuk dilakukan setelah shalat, menurut pendapat yang lebih kuat.” (Al I’lam bi Fawaid Umadatil Ahkam: 4/259)

Amal yang disyariatkan ketika selesai shalat jamaah adalah berdzikir sebagaimana dzikir setelah shalat. Bukan melantunkan takbir. Waktu melantunkan takbir cukup longgar, bisa dilakukan kapanpun selama hari raya. Oleh karena itu, tidak selayaknya menyita waktu yang digunakan untuk berdzikir setelah shalat.

d. Tidak bertakbir ketika di tengah perjalanan menuju lapangan

Sebagaimana riwayat yang telah disebutkan di atas, bahwa takbir yang sunnah itu dilakukan ketika di perjalanan menuju tempat shalat hari raya. Namun sayang sunnah ini hampir hilang, mengingat banyaknya orang yang meninggalkannya.

e. Bertakbir dengan lafadz yang terlalu panjang

Sebagian pemimpin takbir sesekali melantunkan takbir dengan bacaan yang sangat panjang. Berikut lafadznya:

الله أكبر كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَلَا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ…

Takbiran dengan lafadz yang panjang di atas tidak ada dalilnya. Allahu a’lam.

***

Penulis: Ammi Nur Baits
Artikel www.muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/1637-takbiran-hari-raya.html

Rabu, 05 April 2017

Jual Beli Rumah Pakai Jasa Agen Properti, Kenapa Tidak?

Oleh Pamella Fricylia 

Meski sudah semakin berkembang, masih banyak orang yang ragu untuk menggunakan jasa agen properti. Anda juga salah satunya? Sebenarnya banyak keuntungan menggunakan jasa agen properti. Yuk, ketahui berbagai keuntungannya!

Jauh Lebih Efektif

Apabila dibandingkan dengan menjual dan mencari rumah sendiri, tentu menggunakan jasa agen properti akan jauh lebih praktis. Coba bandingkan dengan menjual rumah sendiri yang jaringannya terbatas. Seorang agen properti tentu memiliki jaringan yang luas, sehingga properti kita akan lebih cepat terjual.

Kemudian untuk membeli rumah, seorang agen properti tentu sudah memiliki daftar properti unggulan. Anda yang ingin membeli properti pun tentunya hanya perlu menyebutkan properti seperti apa yang diinginkan. Tak perlu khawatir karena seorang agen properti akan memberikan pelayanan terbaik dengan mencarikan properti impian Anda.

Lebih Hemat Pengeluaran

Banyak yang berpikir bahwa menggunakan jasa agen properti akan membuat pengeluaran membengkak. Padahal, Anda akan lebih hemat daripada melakukannya sendiri. Kok bisa? Ketika kita memutuskan untuk menjual rumah, tentu kita harus memasang iklan di mana-mana. Berbeda jika kita menggunakan jasa agen properti yang tentunya akan memfasilitasi promosi secara efektif.

Selanjutnya, ketika membeli properti melalui agen properti, maka Anda tidak perlu kesulitan berkeliling mencari properti yang tepat. Anda bisa langsung meminta database milik agen tersebut. Bukan hanya itu, Anda juga akan menghemat pengeluaran untuk bolak-balik mengurus administrasi.

Paham Harga Pasar

Kisaran harga pasar properti memang cukup sulit untuk dipahami, terlebih jika kita tak memiliki pengalaman di bidangnya. Jangan sampai kita menjual properti dengan harga yang terlalu tinggi atau membeli rumah dengan harga yang jauh lebih mahal dari pasaran.

Memasarkan rumah dengan harga yang tepat tentu memberikan kesempatan terjual yang lebih cepat. Meskipun demikian, harganya tentu akan tidak di bawah pasaran. Selanjutnya, saat membeli rumah pun Anda bisa mendapatkan yang sesuai harga pasaran, sehingga menguntungkan untuk dijadikan investasi.

Keamanan Terjamin

Masih ada beberapa orang yang takut memercayakan jasa agen properti, salah satunya karena takut terkena penipuan. Hal semacam ini tentunya lebih dirasakan oleh seseorang yang berniat menjual rumahnya.

Padahal, seorang agen properti tentunya memiliki keahlian dalam mengelola berkas dengan baik. Tak perlu khawatir dengan surat-surat rumah yang dipegang oleh agen properti karena dijamin akan aman. Selain itu, Anda pun tidak perlu memikirkan proses panjangnya.

Masih ragu memercayakan proses jual-beli properti? Hilangkan ragunya dan rasakan berbagai kemudahannya. Nah, kendalanya masih bingung menemukan agen properti yang terpercaya? Jangan bingung, Anda bisa menemukannya Disini.

Property Syariah