Kamis, 24 September 2015

Akhlak Dalam Islam Dan Macam Macamnya

Akhlak atau tingkah laku tidak terlepas dari kehidupan manusia. Ada akhlak yang disebut dengan akhlakul karimah atau akhlak terpuji dan ada pula akhlak tercela atau akhlak yang buruk.
Setiap manusia berperangai baik atau buruk tergantung dirinya sendiri, karena yang menggerakkan kesemua itu adalah diri sendiri dan benar-benar berasal dari hati nurani tanpa ada pemikiran yang matang.
Semoga kita senantiasa tergolong orang-orang yang berakhlakul karimah dan menjauhi akhlak yang tercela karena selain dosa, akhlak tercela sangat merugikan orang lain.

Pembagian Akhlak Dalam Islam

Ada 2 pembagian akhlak yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

Akhlak Mahmudah /Karimah

Yakni akhlak terpuji atau akhlak yang baik.
Contohnya : pemaaf, sabar, ikhlas, menepati janji, qonaah, jujur, penyayang, pemurah, baik hati, husnudzon dan lain sebagainya.
Dimana akhlak mahmudah ini semuanya membawa kebaikan dan tidak merugikan orang lain. Karena setiap akhlak terpuji ini telah ada tuntunan dan ajarannya baik dalam Al-Qur'an ataupun Hadits nabi. Dari Imam Malik berkata "setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak islam ialah malu".
Malu merupakan dasar akhlak manusia, karena dengan memiliki rasa malu pada Allah SWT maka akan takut untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela dan keji.

Akhlak Madzmumah

Yakni akhlak tercela atau perbuatan yang buruk. Contohnya : 

Riya' : Beramal atau melakukan suatu perbuatan baik dengan niat untuk dilihat orang atau mendapat pujian orang, dengan kata lain riya' sama artinya dengan pamer.Sum'ah :  Melakukan perbuatan atau berkata sesuatu agar didengar oleh orang lain dengan maksud agar namanya dikenal.Ujub : Mengagumi diri sendiriTakabur : Membanggakan diri sendiri karena merasa dirinya jauh lebih hebat dibandingkan orang lain.Tamak : Serakah atau rakus terhadap apa yang ingin dimiliki.Malas : Enggan melakukan sesuatu.  Fitnah : Mengatakan sesuatu yang bukan sebenarnya. Memfitnah merupakan salah satu dosa yang sangat dilarang oleh agama karena fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan.Bakhil : pelit, medit dan tidak suka membagi atau memberikan sesuatu yang dimiliki pada orang lain

Minggu, 20 September 2015

Celaka Gara Gara Ucapan


Manusian sebagai mahluk yang bersosialisasi, maka dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dengan apa yang namanya lisan atau ucapan.

Tapi perlu diketahui bahwa dari lisan atau ucapan manusia inilah suatu tatanan masyarakat menjadi kehidupan yg damai, nyaman dan harmonis dan bisa juga menjadi chaos tidak nyaman dan meresahkan, bahkan dengan lisan atau ucapan seorang teman bisa menjadi musuh yang saling membunuh.

Sebagai mana kejadian yang baru2 ini terjadi seorang bocah gara gara saling ledek dibunuh oleh temannya sendiri.

Dan masih banyak lagi kejadian yang besar seperti permusuhan antar kampung, suku atau antar negara karena lisan.

Oleh karenanya Allah subhana wata'ala melalui lisan nabinya memerintahkan untuk menjaga lisan kita, untuk berbicara hanya yang baik atau diam. Sebagaimana dalam sabdanya:

"Man kaana yu'minu billahi wal yawmil aakhiri fal yaqul khairan aw liyasmut. 
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik atau diamlah." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits lain dikatakan
Dari Abu Abdur Rahman yaitu Bilal bin al-Harits al-Muzani ra. bahwasannya Rosululloh Muhammad saw bersabda:
"........ Dan sesungguhnya seseorang itu niscayalah berkata dengan suatu perkataan dari apa-apa yang menjadikan kemurkaan Allah, ia tidak mengira bahwa perkataan itu akan mencapai suatu tingkat yang dapat dicapainya, lalu Allah mencatatkan untuknya bahwa ia akan memperoleh kemurkaan-Nya sampai pada hari ia menemui-Nya."
(Diriwayatkan oleh Malik dalam kitab Al-Muwaththa' dan juga oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan shohih)

Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya ia mendengar Rosululloh Muhammad saw bersabda:
"Sesungguhnya seseorang hamba itu niscayalah berbicara dengan suatu perkataan yang tidak ia fikirkan - baik atau buruknya -, maka dengan sebab perkataannya itu ia dapat tergelincir ke neraka yang jaraknya lebih jauh daripada jarak antara sudut timur dan sudut barat." (Muttafaq 'alaih).

Masih banyak hadits hadits lain tentang bahaya lisan yg apabila tidak digunakan dengan benar, akan membawa kita ke kenistaan. 
Kehinaan serta musibah baik di dunia maupun akherat.

Oleh karenanya akan masihkah kita mengumbar lisan kita dengan perkataan yg tak bermanfaat, ngobrol dan bercanda berlarut larut yang tak berguna, yang pada akhirnya akan menjurus pada gibah dan fitnah.

Tidakkah kita tahu bahwa "tidaklah satu kata yg kita ucapkan kecuali dicatat oleh malaikat" yg akan dipertanggung-jawabkan di akherat nanti.

Semoga bermanfaat.
Bekasi. 19 Nov 2015.
Abu Afifah

Sabtu, 19 September 2015

Lebih afdhal kaya atau miskin?

Ada sekelompok sahabat nabi Muhammad saw yang mengungkapkan kesedihannya terkait dengan kondisi mereka yang miskin, sehingga mereka tidak dapat berbuat seperti yang dapat diperbuat oleh sahabat nabi yang kaya, kemudian mereka mengadukan kesedihannya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wassalam.

Rasulullah saw bersabda:

Diriwayatkan dari Abu Dzar al-Ghifari ra, bahwasanya para sahabat Rasulullah saw berkata kepada nabi Muhammad saw: "Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong banyak pahala, mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka!" Rasulullah sawbersabda: "Bukankah Allah swt telah menjadikan untuk kalian sesuatuuntuk kalian bersedekah dengannya? Sesungguhnya, setiap tasbih sedekah, setiap takbir sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) sedekah, dan setiap tahlil (ucapan la ilaha illallah) sedekah, amar ma'ruf sedekah, nahi munkar sedekah, dan pada kemaluan salah seorang kamu terdapat sedekah." Mereka (para sahabat) berkata: "Wahai Rasulullah, adakah jika salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya padanya terdapat pahala baginya?" Rasulullah saw menjawab: "Bagaimana pendapat kalian jika ia meletakkannya di tempat yang haram, adakah ia akan mendapat dosa? Demikian pula jika ia meletakkannya pada yang halal, maka terdapat pahala untuknya." (HR Muslim)

Takhrij hadits

Hadits dengan  redaksi seperti ini adalah hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim padakitab az-zakat, bab bayan anna isma ash-shadaqah yaqo'u 'ala kulli ma'rufin, hadits no. 720 (84), 1006 (53).

Dalam redaksi yang berbeda dan melalui sahabat yang berbeda pula (dari Abu Hurairah), diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada kitab al-adzan, bab abwab shifat ash-shalah – bab adz-dzikr ba'da ash-shalah, hadits no. 843, 6329.

Redaksi yang berbeda ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari, juga diriwayatkan oleh Imam Muslim pada kitab al-masajid wa mawadhi' ash-shalah, bab istihbab adz-dzikri wa bayan shifatihi, hadits no. 595 (142, 143).

Kandungan hadits

Secara garis besar, hadits ini menjelaskan tentang masalah-masalah penting, strategis dan bahkan sensitif, di antaranya adalah:

1. Masalah miskin-kaya.

2. Masalah persaingan dan kompetisi.

3. Cakupan pengertian sedekah secara luas dan dalam.

4. Masalah niat dan tidak niat bagi seorang muslim dalam urusan kesehariannya.

5. Masalah penggunaan qiyas (analogi) dalam berdalil.

Miskin-kaya

Di antara masalah penting dan bahkan sensitif yang disinggung oleh hadits Arba'in yang ke-25 ini adalah masalah miskin-kaya.

Secara garis besar, hadits ini menceritakan bahwa ada sekelompok sahabat nabi Muhammad saw yang mengungkapkan kesedihannya terkait dengan kondisi mereka yang miskin, sehingga mereka tidak dapat berbuat seperti yang dapat diperbuat oleh sahabat nabi yang kaya.

Ada banyak hal menarik untuk dibahas terkait dengan masalah ini, di antaranya adalah:

PertamaGhibthah

Orang-orang miskin dari kalangan para sahabat nabi saw itu bukan iri  terhadap kekayaan para sahabat nabi yang kaya. Bukan pula mengadukan perilaku orang kaya yang tidak mau membantu mereka dan melupakan kewajiban mereka kepada orang miskin, akan tetapi, orang-orang miskin itu "iri" (baca: dalam tanda petik) karena peluang pahala orang kaya lebih besar daripada pahala orang miskin.

"Iri" seperti ini dalam bahasa syari'ah tidak disebut hasad (iri dalam konotasi negatif), akan tetapi, "iri" yang seperti ini disebut dengan istilah ghibthah (iri dalam konotasi positif).

Untuk memudahkan perbedaan diantara keduanya, dapat dijelaskan sebagai berikut:

Hasad adalah iri, di mana pihak yang iri berangan-angan atau bahkan berusaha menghilangkan kenikmatan dari pihak yang "diiri", sedangkan ghibthah adalah "iri" di mana pihak yang iri tidak ada angan-angan atau usaha menghilangkan kenikmatan pihak yang diiri, ia hanya berangan-angan dan berusaha mencapai prestasi yang diraih oleh pihak yang diiri.

Ghibthah dibenarkan oleh Islam.

Rasulullah saw. bersabda: "Tidak ada hasad(dalam arti ghibthah) kecuali dalam dua perkara;

1. Terhadap seorang lelaki yang oleh Allah swtdiberi harta, lalu ia "menghabiskannya"dalam al-haq (kebenaran).

2. Terhadap seorang lelaki yang diberi hikmah oleh Allah swt. lalu ia menunaikan hak-hak hikmah itu dan mengajarkannya kepada orang lain". (Hadits shahih muttafaqun 'alaih, lihat: al-lu'lu' wal marjan fima ittafaqa 'alaihi asy-syaikhan, hadits no. 467).

Termasuk juga "iri" para sahabat nabi yang miskin terhadap para sahabat nabi yang kaya dalam hal keinginan mendapatkan pahala yang sebanyak-banyaknya, sebagaimana diceritakan dalam hadits ini.

Kedua: Kesedihan yang positif

Hadits Arba'in yang ke-25 ini juga menggambarkan tentang kesedihan para sahabat nabi yang miskin saat berhadapan dengan kenyataan bahwa mereka tidak dapat melakukan banyak hal dikarenakan kemiskinan mereka.

Kesedihan dan bahkan tangis serta air mata seperti ini juga dibenarkan dan dipuji oleh Allah swt selama tidak sampai ke tingkat putus asa dan atau menentang kehendak dan takdir Allah. Allah swt berfirman,"Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan (untuk berangkat perang Tabuk), lalu kamu berkata: 'Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu', lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan." (QS At-Taubah: 92).

Ketiga: Kompetisi yang indah

Hadits ini juga menceritakan satu potret masyarakat yang berkompetisi dan bersaing di antara sesama mereka. Kompetisi yang mereka lakukan bukan saja kompetisi yang baik, namun juga indah.

Kita lihat bahwa para sahabat nabi yang miskin, ingin "mengalahkan" para sahabat nabi yang kaya, tetapi semangat "menggalahkan" dalam hal mendapatkan pahala di sisi Allah swt.

Dan sebagai kompetitor, para sahabat nabi yang kaya pun tidak mau "kalah" dan "mengalah" dalam menghadapi persaingan para sahabat nabi yang miskin. Caranya, setiap peluang amal shalih yang ditawarkan oleh nabi Muhammad saw kepada orang-orang miskin, mereka juga tidak mau ketinggalan dan ikut pula mengamalkan apa yang diamalkan oleh orang-orang miskin.

Sungguh, sebuah kompetisi yang sehat, indah dan menarik, radhiyallahu 'anhum ajma'in.

Keempat: Bercita-cita atau berangan menjadikaya

Bolehkah seseorang berangan-angan atau bercita-cita menjadi kaya, atau minimal berangan-angan memiliki harta?

Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan ini, mari kita simak hadits berikut:

Perumpamaan umat ini seperti empat orang:

1. Seorang lelaki yang oleh Allah swt diberi harta dan ilmu, lalu ia mengamalkan ilmunya dalam hartanya, ia menginfakkannya pada hak harta itu.

2. Dan seorang lelaki yang diberi ilmu oleh Allah swt dan tidak diberi harta, lalu ia berkata: kalau saja saya memiliki seperti yang dimiliki orang ini (orang pertama), niscaya saya akan perbuat pada harta itu seperti yang diperbuat olehnya.

Rasulullah sawbersabda"dua orang ini mendapatkan pahala sama."

3. Dan seorang lelaki yang diberi harta oleh Allah dan tidak diberi ilmu, lalu ia berbuat sekehendaknya dalam hartanya, ia membelanjakannya bukan pada haknya,

4. Dan seorang lelaki yang tidak diberi ilmu dan harta (sekaligus), lalu ia berkata: kalau saja saya mempunyai seperti yang dimiliki oleh orang ini (orang ke-3), niscaya saya akan berbuat seperti yang ia perbuat.

Rasulullah sawbersabda: dua orang ini (3 dan 4) mendapatkan dosa sama. (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Majah, lihat: Shahih wa Dha'if Sunan Ibn Majah, hadits no. 4228).

Lebih afdhal kaya atau miskin?

Saat mengulas hadits ini, Al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani (773 – 852 H = 1372 – 1449 M), dengan mengutip dari Ibnu Baththal (w. 449 H = 1057 M)  memasukkan satu pembahasan tentang pertanyaan ini.

Kata beliau: panjang sekali perbedaan pendapat para ulama' dalam masalah ini (Fathul Bari, XI/278 – 281).

Namun, pada akhirnya beliau berkesimpulan, "Klaim bahwa sebagian besar para sahabat nabi dalam keadaan menyedikitkan harta dan zuhud terbantah oleh post yang masyhur tentang keadaan mereka …" (Fathul Bari XI/280).

Yang dimaksud dengan keadaan yang masyhur dari para sahabat nabi adalah bahwa mereka setelah era futuhat kebanyakan dalam keadaan kaya disertai dengan taqarrub kepada Allah swt dan tetap menjaga ghinan-nafs (kaya jiwa), sedangkan yang menyedikitkan harta dan zuhud dibandingkan dengan yang kaya adalah minoritas para sahabat nabi saw. (Fathul BariXI/280).

Seorang ulama kontemporer yang sangat terkenal, Prof. DR. Yusuf Al-Qaradhawi juga lebiih cenderung kepada pendapat yang mengutamakan kaya atas miskin.

Terkait hal ini beliau berkata, "Dari sini jelas bagi kita bahwa pemikirann yang tumbuh di kalangan tasawuf yang mengagungkan kefakiran dan menyambutnya secara gegap gempita, serta secara mutlak mencela kaya dan menakut-nakutinya, tidak lain adalah pemikiran yang dilontarkan oleh filsafat Manawiyah dari Persia, doktrin tasawuf Hindu, dan ajaran Rahbaniyah Kristen. Pemikiran ini, bagaimanapun keadaannya adalah pemikiran asing yang menyusup ke dalam Islam." (lihatFiqih az-Zakat, II/874).

Keutamaan Bulan Dzulhijjah

Seuntai Nasehat: Keutamaan Bulan Dzulhijjah
Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc
⬇️

➖➖➖➖➖➖➖

KEUTAMAAN BULAN DZULHIJJAH

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله نبينا محمد و آله وصحبه ومن واله
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمد عبده ورسوله و بعد

Bila kita berada di taman yang indah..

Terlihat bunga-bunganya yang bermekaran, tumbuhannya yang hijau, rasanya hati kita senang sekali..

Berada di sebuah taman yang indah..

Namun tak kalah indahnya yaitu bulan Dzulhijjah.

Bulan Dzulhijjah juga merupakan bulan yang indah bagi orang-orang yang ada di dalam hatinya Iman dan Islam.

Bagi orang-orang yang menginginkan kehidupan akhirat.

Apa keindahan bulan Dzulhijjah?

Tentu keindahan yang dimaksud disini adalah indahnya dan lezatnya beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

• KEINDAHAN PERTAMA

Allāh menjadikan Bulan Dzulhijjah adalah bulan Haram. Dan bulan Haram adalah bulan yang harus kita hormati.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَالِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ

"Sesungguhnya jumlah bulan ketika Allāh menciptakan langit dan bumi adalah 12 bulan, diantaranya bulan-bulan Haram. Itulah agama Allāh yang lurus. Jangan kalian menzhalimi diri kalian di bulan-bulan tersebut."

(At-Taubah 36)

4 bulan Haram itu adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

Dan bulan Dzulhijjah termasuk bulan Haram.

Perbuatan zhalim di bulan itu adalah sangat dilipatgandakan dosanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Demikian pula perbuatan amalan shālih, dilipatgandakan oleh Allāh.

• KEINDAHAN KEDUA

Terlebih di awal Dzulhijjah (10 hari awalnya), ini adalah hari yang paling utama untuk beramal shālih melebihi amalan di bulan Ramadhān.

Allāh berfirman:

وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

"Demi waktu fajar dan demi sepuluh malam."

(QS. Al-Fajr: 1 - 2)

Kebanyakan ulama tafsir berkata, "10 malam yang dimaksud yaitu di 10 awal bulan Dzulhijjah."

Juga Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengabarkan:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ.

"Tidak ada hari-hari yang amalan shalih lebih dicintai oleh Allāh kecuali di 10 awal bulan Dzulhijjah." 

(HR. Al-Bukhari (no. 926), Abu Dawud (no. 2438), at-Tirmidzi (no. 757) dan Ibnu Majah (no. 1727), dan ini lafazh Abu Dawud, dari shahābat Ibnu 'Abbas radhiyallāhu 'anhu)

Subhanallāh!

• KEINDAHAN KETIGA

Disana ada ibadah yang agung yaitu ibadah haji ke Baitullāh.

Anda pernah berhaji?

Siapapun yang pernah berhaji dia akan merasakan betapa syahdunya dan nikmatnya ketika berhaji; di saat wuqūf di 'Arafah, di saat melempar jumrah, di saat bermalam Muzdalifah..

Sebuah kenangan-kenangan yang indah di saat kita berhaji.

Dan itu merupakan amalan yang agung di sisi Allāh, dimana dia adalah merupakan salah satu dari Rukun Islām yang ke-5.

Keindahan yang berikutnya,

• KEINDAHAN KEEMPAT

Disana ada ibadah bagi mereka yang tidak haji yaitu berqurban dan berpuasa di tanggal 9 bulan Dzulhijjah.

Maka pada waktu itu kesempatan emas untuk kita beramal shālih.

Dengan berpuasa tanggal 9 bulan Dzulhijjah kita bisa digugurkan dosa kita tahun yang lalu dan tahun yang akan datang, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Kemudian juga, beramal ibadah qurban, dimana kita menyembelih hewan qurban.

Allāh mengatakan:

لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ

Tidak akan sampai kepada Allāh, darah dan tidak pula dagingnya. Akan tetapi yang sampai kepada Allāh adalah ketaqwaan di antara kalian.

(QS. Al-Hajj : 37)

Dimana kaum Muslimīn semuanya bersuka cita dengan menikmati daging hewan qurban tersebut.

Kemudian, keindahan selanjutnya,

• KEINDAHAN KELIMA

Di sana ada أَيَّامُ التَّشْرِيق (ayyāmut tasyrīq) yang disebutkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sebagai أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ (ayyāmu aklin wa syurbin), hari makan dan minum.

Allāh berfirman:

وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ

"Berdzikirlah kalian kepada Allāh di hari-hari yang telah ditentukan (yaitu di hari-hari Tasyrīq)."

(Al-Baqarah 203)

Disitu Allāh menyebutkan di hari-hari Tasyrīq kita disuruh banyak berdzikir kepada Allāh

Sementara mereka yang berhaji mereka melontar jumrah selama 3 hari (11, 12, 13), melontar Jumrah 'Ūlā, Wustha dan 'Aqabah.

Subhanallāh!

Itu adalah hari-hari yang penuh dengan ibadah.

Terasa indah bagi mereka yang beriman kepada Allāh dan kehidupan akhirat, yā Akhī..

Maka dari itulah, betapa indahnya bulan Dzulhijjah itu bagi mereka orang yang betul-betul berlomba dalam kebaikan.

Mari kita songsong bulan Dzulhijjah dengan penuh kegembiraan.

Allāh berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

"Katakan dengan karunia Allāh dan rahmatNyalah hendaknya mereka bergembira, itu lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan dari kehidupan dunia."

(Yūnus 58)

Disini Allāh menyuruh kita bergembira dengan apa?

Dengan nikmat hidayah, dengan nikmat iman.

Itu rahmat haqiqi yang Allāh berikan.

Lalu Allāh mengatakan  "Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan daripada kehidupan dunia."

Maka kita gembira dengan datangnya bulan Dzulhijjah.
Kenapa?

Karena ini kesempatan emas kita mendulang pahala yang besar dan mendapatkan ampunan dari Allāh.

Semoga kita diberi kekuatan untuk senantiasa beramal shālih di hari-hari itu.

وبالله التوفيق
سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Sumber:
Tonton "Seuntai Nasihat: Keutamaan Bulan Dzulhijjah - Ustadz Badru Salam, Lc" di YouTube - https://youtu.be/hs0st1rdReg

Download audio:
https://drive.google.com/file/d/0B1e0BM9z9hzYNThyNkxWR2Y3WVk/view?usp=docslist_api

Rabu, 16 September 2015

TERMASUK SYIRIK BESAR MENYEMBELIH UNTUK SELAIN ALLĀH

TERMASUK SYIRIK BESAR MENYEMBELIH UNTUK SELAIN ALLĀH

بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله

Ini adalah halaqah yang ke-9 dari Silsilah Belajar Tauhid berjudul "Menyembelih Untuk Selain Allāh Termasuk Syirik Besar".

Menyembelih termasuk ibadah yang agung di dalam agama Islam ini. Didalamnya ada pengagungan terhadap Allāh, Rabb semesta alam dan merupakan wujud cinta dengan mengorbankan sebagian harta kita untuk Allāh, seperti:

• Ibadah kurban di hari raya
• 'Aqiqah
• Dan juga hadyu bagi sebagian jama'ah haji.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah memerintahkan kita menyerahkan ibadah yang mulia ini hanya untuk Allāh semata, sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

ﻓَﺼَﻞِّ ﻟِﺮَﺑِّﻚَ ﻭَﺍﻧْﺤَﺮْ

''Maka shalatlah dan menyembelihlah untuk Tuhanmu".

(Al-Kautsar 2).

Barang siapa yang menyerahkan ibadah meyembelih ini untuk selain Allāh dalam rangka mengagungkan dan mendekatkan diri kepada selain Allāh, sama saja kepada seorang Nabi atau kepada seorang wali atau kepada jin dan lain-lain, maka dia:

• Telah terjatuh kedalam syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari Islam
• Membatalkan amalannya, dan
• Terkena ancaman laknat dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.  

Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

َﻟَﻌَﻦَ الله ﻣَﻦْ ﺫَﺑَﺢَ ﻟِﻐَﻴْﺮِ الله

''Allāh melaknat seseorang yang menyembelih untuk selain Allāh".

(Hadits ini shāhih, diriwayatkan dari Imām Muslim).

Dan makna laknat adalah dijauhkan dari rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya, janganlah sekali-kali kita sebagai seorang muslim berkurban dan menyembelih untuk selain Allāh, sedikitpun, meskipun dengan seekor lalat, dengan harapan untuk mendapatkan manfaat atau terhindar dari mudharat.

Kita harus yakin sebagai seorang Muslim bahwa manfaat dan juga mudharat ditangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla semata dan hanya kepadaNya-lah seorang muslim bertawakal.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah yang ke-9 ini dan sampai berjumpa kembali pada halaqah selanjutnya.

وصلى الله على نبيّنا محمّد و على آله وصحبه أجمعين

Saudaramu,
'Ust. Abdullāh Roy
➖➖➖➖➖➖➖